Pada satu pagi hari yang dingin, kulihat seberkas cahaya lembut bersama mentari pagi, memancar dari seorang yang berjalan sendiri. Ia hidup menyendiri diantara cinta dan kasih sayang. Kucoba pejamkan mata, agar tak melihat cahaya itu. Namun ia tetap datang dengan senyumnya, tak kuasa kusimak dan kudengar senandung manisnya menerpa jiwaku. Dalam katanya terpancar pesona jiwa.
Ia nyalakan lilin dalam kegelapan, ia sibakan sisi lain dunia. Ia mengajariku sebuah kejujuran, kesetiaan dan keikhlasan. Tempaan waktu dan putaran roda kehidupan menjadikan kami terus dewasa menjadi seorang manusia.
Seperti cahaya digaris-garis langit, cinta adalah kekuasaan yang menciptakan hati, cinta turun dalam jiwa sebagai anugrah tuhan, Dia tidaklah lahir dari keindah melainkan dari keikhlasan, kejujuran yang tulus dan suci. Ia bagaikan sekuntum bunga putih yang menghirup embun pagi dan memancarkan harum semerbak.
Kebahagian mucul dari rengkuhan dua jiwa yang muncul dari saling pengertian, seperti tarian dua elang dikaki langit. Ketulusan sebenarnya memancar dari jiwa manusia, memberikan keindahan, kedamaian dan kebahagian. seperti hangatnya senyum mentari di pagi ini.
Semoga aku selalu dekat kepadamu ya tuhanku, tuhan yang menciptakan sekalian alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar